Ticker

6/recent/ticker-posts

Sekilas Mengenal Filsafat


Diskusi Online Bersama RCV: Sekilas Mengenal Filsafat

Oleh: Ai Halimah

Jika dulu sebelum kita mengenal smartphone diskusi hanya bisa dilakukan dikelas-kelas, disekolah atau di tempat nonkrong sambil bertatap muka dan ngopi, tapi hari ini sejalan dengan kemajuan teknologi diskusi dapat dilakukan dengan melalui jarak jauh yang biasa disebut dengan diskusi online. Diskusi online ini dapat dilakukan setiap saat melalui aplikasi ruang mengobrol salah satunya yaitu WhatsApp dan dapat dilakukan secara individu dengan individu ataupun dalam group.

Diskusi yang dilakukan pada hari Sabtu 18 Januari 2020 ini dimotori oleh RCV (Revolution Clavis Volunteer), ini adalah group chat yang dibuat oleh kumpulan alumni pondok pesantren teman sekelas saya di kampus, dan ketika saya melihat pamflet yang dishare teman saya, sayapun tertarik untuk ikut berdiskusi karena temanya pun sudah tidak asing lagi yaitu mengenai filsafat. Akhinya dimasukkan oleh adminnya tersebut. Pematerinya bernama Muhammad Arizal Amir, dipandu oleh dua moderator dengan jumlah yang mengikuti diskusi sebanyak 30 lebih orang. Akan tetapi saya baru menyadari saat diskusi akan selesai bahwa pematerinya ini adalah seorang Mahasiswa Pascasarjana Universitas Al-Azhar Kairo-Mesir jurusan Aqidah dan Filsafat. Wow mengagumkan bukan?

Seperti biasa diskusi dibuka oleh moderator, dilanjut sapaan hangat oleh pemateri. Uniknya sebelum diskusi dimulai pemateri mangajukan sebuah pertanyaan yang mengharuskan setiap orang merenung dengan pertanyaan itu, pertanyaannya ialah kenapa kita ada didunia ini?. Pertanyaan yang memang perlu renungan cukup dalam bukan, setelah itu pemateri mempersilahkan kami untuk menjawab ada yang menjawab karena dunia ini, ada yang menjawab sebagai pemimpin, dan sayapun menjawab dengan apa yang saya tahu bahwa manusia ada karena awalnya Allah ingin menciptakan makhluk sebagai khalifah di muka bumi yang disebut dengan “human”. Dan untuk memancing kami pemateri selanjutnya mengajukan lagi pertanyaan yang harus direnungkan bersama dan ia menyuruh kami untuk merenungkan pertanyaan ini saat sebelum tidur. 1. Dari mana kita sebenarnya?, 2. Kita mau apa di dunia ini?, dan 3. Kemana tujuan kita selanjutnya?. Pertanyaan yang cukup sulit memang dan butuh perenungan yang lebih dari sebatas kata dalam.

Alasan mengapa pemateri ingin mengangkat tema ini ialah, pertama, karena pentingnya filsafat dan kedua, untuk meluruskan sekaligus menjawab  tuduhan orang-orang yang menganggap filsafat itu tidak boleh dipelajari, filsafat itu membuat orang jadi gila atau filsafat itu menyesatkan.

Pemateripun menyatakan bahwa orang yang menuduh filsafat sesat adalah mereka yang sama sekali tidak pernah belajar filsafat alias hanya mendengar kemudian tanpa meneliti lebih dalam. Bagaimana mungkin seseorang dapat menghukumi sesuatu yang tidak dia ketahui?. Saya pun membenarkan peryataanya, banyak dari kita hari ini mudah sekali menghakimi tanpa lebih dulu mencari kebenarannya. Hukum itu bagian dari penggambaran sesuatu, baru bisa menghukumi sesuatu ketika betul-betul paham dan tahu maksudnya apa lanjutnya lagi.

Beralih ke pembahasan soal materi yaitu sekilas mengenal filsafat, pemateri memberi kami pertanyaan kembali. Pertama, apa yang kalian ketahui tentang filsafat? Kedua, kira2 nikmat atau keistimewaan besar yang manusia miliki dan mengapa itu?. Dan kamipun memberi jawaban kami sesuai persepsi masing-masing. Untuk pertanyaan pertama jawaban kami hampir semua sama hanya berbeda dalam redaksinya. Untuk pertanyaan yang kedua, ada dua berbeda tapi yang jelas jawaban yang lebih tepat tentunya ialah kita tahu bahwa nikmat atau keistimewaan yang hanya Allah berikan kepada manusia yang tidak dimiliki makhluk lain ialah berupa akal. Mengapa akal? Dengan akal kita bisa membedakan antara yang baik dan buruk, benar dan salah sedangkan makhluk lain tidak. Tegasnya karena mereka tidak mampu, ketidaksanggupan itu karena mereka tidak memiliki akal sebagai manusia. Dalam ilmu logika, keistimewaan itu identik dengan apa yang membedakan sesuatu dengan yang lainnya dan akal menjadi pembeda antara manusia dengaun makhluk lainnya. Sedikit pembahasan yang menggugah gairah kami untuk ikut lanjut berdiskusi. Alasan pemateri memberi pertanyaan apa nikmat atau keistimewaan terbesar manusia yang mana itu ialah akal, karena akal itu adalah filsafat dan filsafat itu adailah akal.

Topik pembahasannya kemudian beralih kepada pengertian atau makna dari kata filsafat, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu filos atau kebijaksan dan shopia yang artinya cinta. Jadi orang-orang filsafat, mereka adalah orang-orang yang sibuk berjuang untuk sampai kepada kebenaran. Untuk pengertian dan istilahnya  ada banyak orang berbeda pendapat dari waktu ke waktu. Karena banyaknya itu pemateri memilih pengertian yang mewakili secara umum yaitu pengertian filsafat menurut Aristoteles yang kemudian diikuti oleh seorang filusuf muslim Al-Farabi. “Bahwa filsafat adalah ilmu tentang keberadaan sesuatu dan dengan apa dia ada. Jadi pengertian ini yang paling mewakili mewakili semua, bahwa filsafat itu adalah yang membahas keberadaan sesuatu dan semua yang terkait dengan keberadaannya. Misalnya membahas tentang manusia. Apa itu manusia, dari mana asalnya, bagaimana bentuknya, sifatnya, proses penciptaanya, dan semua yang berhubungan dengan manusia itulah filsafat. Itulah mengapa dikatakan dalam sebuah perkataan bahwa apa saja yang bisa dipikirkan oleh akal itulah filsafat.” Begitu penjelasan singkat oleh pemateri mengenai apa itu filsafat.

Setelah pemateri menjelaskan barulah dibuka sesi tanya jawab, kami sangat antusias sekali dan banyak dari kami yang mengajukan pertanyaan. Mungkin saya akan rangkum sedikit pertanyaan yang teman-teman kami tanyakan sekaligus jawaban dari pemateri yang menurut saya memang sangat penting.

1. Bagaimana orang bisa dikatakan sebagai seorang filusuf?

Filsuf atau ahli filsafat itu ada dua, 1. Orang yang meniptakan pemikirannya sendiri. 2. Orang yang terjun membahas pemikiran-pemikiran filsafat, sehingga bisa menganalisa pemikiran-pemikiran tersebut, jadi tidak semua harus menciptakan pemikiran tertentu. Pertanyaan inipun banyak ditimpali oleh yang lain pula. Lanjutnya jadi pemikiran filsafat itu sifatnya lebih objektif bukan subjektif artinya benar menurut pandangan pribadi bukan berdasar pandangan umum, itulah mengapa antara pemikiran yang satu dengan yang lain saling tumpang tindih atau bersebrangan, padahal sejatinya saling melengkapi.

2. Apakah akal mencintai kebenaran? Makanya dia mencari?

Mencintai kebenaran adalah fitrah, akal adalah alat untuk mencapai kebenaran itu. Fitrah merupakan bawaan dari lahir, apa adanya. Jadi mencintai kebenaran adalah sifat bawaan dari lahir, adapun yang melakukan keburukan, orang tersebut sedang mengingkari fitrahnya. Jawab pemateri. Sekilas saya jadi teringat quotes yang pernah saya baca di Instagram bahwa kebenaran bukanlah sesuatu diluar yang harus ditemukan, itu adalah sesuatu didalam yang harus disadari.

3. Apakah akal bisa memikirkan bentuk pencipta?

Akal dengan segala keistimewaan ternyata juga lemah dan kelemahan itu harus kita akui, itulah mengapa pondasi pemikiran kita tidak hanya terpaut pada akal semata. Sumber pengetahuan itu bukan Cuma akal saja, untuk itu keterbatasan akal salah satunya tidak mampu sampai pada gambaran /Tuhan sesungguhnya, ingatnya gambar Tuhan sesungguhnya, sesungguhnya!. Adapun sekadar menggambarkan bentuk Tuhan, tapi yakin, bentuk yang dihasilkan tersebut bukan Tuhan yang sebenarnya, karena itu bertentangan dengan sifat  ketuhanan. Dan sayapun sepakat sehebat apapun akal manusia, ia tidak akan  bisa mencapai taraf mengetahui wujud Tuhan sesungguhnya. Maka dalam teori kebenaran ada salah satunya ialah kebenaran religius, yaitu kebenaran tidak hanya diukur dengan rasional dan kemampuan individu. Kebenaran bersifat objektif, universal, berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.

4. Seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa hal apa saja yang dipikirkan oleh akal itu adalah filsafat. Bagaimana jika seseorang berpikir tetapi melawan hukum alam karena kecintaanya dalam pengetahuan itu apakah bisa dikatakan sebagai sebagai filsuf?

Orang-orang seperti itu juga dianggap sebagai filsuf, seperti halnya Thales, Anaximenes, Demokritus, dll. Teori mereka terhadap penciptaan ternyata salah setelah zaman modern karena teori ini telah berkembang berkat ilmu pengetahuan dimana mereka berpendapat bahwa asal usul kehidupan adalah air, atau api, atau udara dan ternyata mereka salah. Tapi mereka tetap disebut sebagai filsuf karena proses berpikir mereka. Dari ini kita dapat menyimpulkan bahwa teori lama dapat dipatahkan dengan teori baru yang lebih relavan. Maka dari itu seorang filsuf harus bersifat terbuka, siap menerima kritikan dan siap untuk merubah pikirannya kalau ternyata salah. Itulah filusuf sejati, sesuai dengan pengertiannya mencintai kebenaran.

Dua jam sudah diskusi dilakukan akhirnya kami mengakhiri diskusi pada malam itu. Ternyata dengan berdiskusi secara onlinepun dapat menambah wawasan kita. Dan ini menjadi salah satu metode yang efektif untuk dilakukan karena dirasa diskusi ini dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, hanya dengan memanfaatkan gadget kita.

Terimakasih telah membaca, semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk terus membaca. Karena kita hidup bukan dizaman primitif.

#

Posting Komentar

2 Komentar