Ticker

6/recent/ticker-posts

Kumpulan Puisi Puisi




Tenggelam
Aku adalah jiwa tersesat yang di telan gelap
adalah si kelam yang rentan di sergap malam
Adalah si rapuh yang siap hancur
Adalah si pohon yang sedang sekarat
Adalah si miskin yang sedang lapar
Namun, selama penasbihanku pada kegelapan tak di khianati,
Aku siap kelam, sekelam kelam nya.

Kenangan

Biar aku damai dengan serpihanmu,
Aku tak berkeberatan jika kau bayangi,
Aku mencintai kehilanganmu,
Tanpa itu, aku akan sama saja,
Tolong, aku tak ingin lupa kau,
Sesekali beri salam pada mimpiku,
Mimpi yg pernah kau bangun,
Harapan yg pernah kau rajut,
Tolong, aku ingin hidup untukmu.

Baktiku
Demi mu Indonesia
Aku kan Menjadi anakmu yang setia
Berpeluh dan berdarah menjadi pencipta
Memporak porandakan ketidak adilan di negeri tercinta

Lewat doa , senjata nya kaum muslim
Lewat tulisan, senjatanya para intelektual
Lewat aksi, senjatanya mahasiswa
Atau diam pura-pura buta dan tuli Tak peduli

Indonesia
Kutuklah anakmu yang menghina
Kutuklah anakmu yang berkhianat
Kutuklah anakmu yang mengancam
Kutuklah anakmu yang durhaka

Wahai Indonesia....
Aku batu kerikil di pinggir jalan
Mengikrarkan diri
Atas nama kesetianku
Padamu jiwa raga ku abdikan
Untukmu tulang dan darah ku sembahkan
Untuk kejayaan mu Indonesia.

Kamu

Terimkasih telah membuatku sekarat
Dengan rindu
Dengan temu
Dengan tanya
Dengan cemas
Dengan ragu
Dengan jarak yang kau cipta
Dengan kemisterianmu
Dengan bahasa yang sukar ku terjemahkan
Terimakasih telah menaburkan garam,
Diatas daging yang tengah di kuliti,
Aku hanya punya sepotong rasa dan keyakinan
Kemudian kau ambil keduanya
Lantas hilang, di telan gelap

Kau bilang, aku jangan tenggelam di lautmu
Tapi aku mengambang,
Tidak tenggelam, tidak pula sampai ke tepian
Saranku, pulang kan aku
Entah itu dengan kapalmu, atau dengan ombakmu
Entah mati ataupun hidup

Seorang perempuan
Di pelataran rasionya kemarin
Dirinya beku,
Tertarik gravitasi bumi
Lumpuh,
Dia perempuan yang dilemahkan
Penghias etalase masyarakat
Yang dihisap darahnya
Dirantai harga dirinya

Dia perempuan dengan teori ketubuhannya
Dibelenggu dan dipasung norma
Diikat adat orang-orang beradab yang biadab
Kemudian, rasionya berontak pada peradaban

Wakilku

Lelaki ku.....
Dengarlah....
Kala angin menerpa tubuhmu
Itu aku, sedang memelukmu
Tenanglah, jangan melawan
Sambut ia dengan hati lapang
Maka ia akan memenuhimu dengan cinta
Percayakan ragamu padanya
Simpan hatimu baik-baik padanya
Percayalah padanya, ia adalah perwujudan dari kekasihmu,Aku.

Selang Waktu

Kemarin lusa, kau bilang tak akan meninggalkanku
Esok nya, kau bilang tak siap kehilanganku
Dan hari ini , kau sudah tak berjejak
Semurah itu kata-kata lelaki

Parasmu

Aku pikir kau telah menjadi manusia utuh
Nyatanya, setelah seluas itu pengetahuanmu
Kau masih dangkal untuk mencintai perempuan
Kau, jelas bencana besar bagi kaumku
Wahai
Alam dan semesta akan mengutukmu
Kutuk yang lebih dahsyat dari malin menjadi batu
Kau tak akan tenang kemanapun raga mu pergi
Karna kau tinggal di atas bumi dan di bawah langit
Dan mereka, mengutukmu.

Sore itu

Tuan, hangatmu adalah alasanku berada disisimu
Alasanku tak bisa berpaling pada apapun lagi
Jiwa dan raga telah ku abdikan hanya untukmu
Keinginan mu adalah perintah mutlak
Tapi tuan, saat kemarin kita berjalan menapaki waktu
Kita hanya berdiam diri,
Menikmati kesunyian yang syahdu
Menelusuri tiap inci relung-relung hati
Ada apakah tuan?
Kau tau betul apa yang aku inginkan,
Tapi, kebisuan yang selalu aku dapatkan.

Bangkitmu
Ini siklus yang terulang,
Setelah lama kau pergi tak berjejak,
Aku patah arang, mengubur dengan paksa segala tentangmu
Memenjarakan setiap kenang di sudut hatiku yang terdalam
Di gembok dengan segala asaku yang terakhir
Setelah merapihkan semuanya,
Semua ruangan yang kau obrak abrik di saat menapaki hidupku,
Memutar balikan segala rasa yang ada,
Mengambil alih fokusku pada segala yang lain,
Setelah ku kubur dalam segala tentangmu,
Setelah aku baik-baik saja dengan hidupku tanpa kamu,
KAMU!
Berani-berani nya bangkit dari kematian,
Mengobrak-abrik kembali segala yang telah rapih,
Segala yang telah baik-baik saja,
Aku MURKA amat sangat,
Tapi, aku tidak bisa menolakmu,
Memenjarakan paksa raga mu,
Kenangmu otomatis hadir ,
Menguak kembali luka lama,
Kepada mu yang mungkin masih punya nurani,
Tolong, saat aku menguburmu kembali kelak,
JANGAN BANGKIT LAGI.

Itu Saja
Kala itu, di perjalanan yang melenakan pikiran
Bersamamu menikmati matahari setengah tenggelam
Pohon-pohon berbayang menguarkan warna biru
Aku menghitung bayangan nya, 1,2,3 kemudian berhenti,
Terlena untuk kesekian kalinya, tak bisa berhitung lagi
Untuk sesaat kita sama-sama tertawa
Entah menertawakan apa aku lupa,
Kemudian kembali tenggelam pada damai
Pada bahagia
Pada hangat Masing-masing
Tak sama, tapi mata kita sama-sama berbinar,
Itu saja.


Misterimu
Aku pikir, kemarin kamu sudah tenggelam di sudut2 waktu,
Mati, membawa asaku,
Rebah dengan tenang di pelukan bumi,
Tapi, tetap menyelinap di ruang-ruangku,
Penuh, mengisi pentilasi udara rumahku,
Sesak sayang
Jangan siksa aku,
Aku sudah bersedia luruh runtuh,
Pada dekapmu yang hangat,
Tapi, kau berkhianat pada asaku.

Perjanjian

Aku sedang bertaruh dengan Tuhan,
Telah kugulirkan dadu kehidupan di meja takdir Tuhan,
Kepada siapa takdir membawaku,
Aku telah siap,
Untuk kembali terbentur,
Hancur, patah,sakit, dan segala rasa lainnya,
Karena sungguh aku sudah terlatih,
Dan apapun yang terjadi kedepan
Aku akan baik-baik saja seiring berjalan nya waktu.

Kesederhanaan
Ini malam kesekian,
Aku milki kamu miliki aku,
Kita bertemu, setelah langit gelap,
Aku tidak berkeberatan,
Jika hanya berjalan,
Menelusuri kota yang bising di remang nya lampu jalanan,
Atau memanggil mang siomay, kamu suka tahu putih, aku suka bakso,
Atau makan pecel lele di pinggir jalan,
Tangan kita saling bertemu,
Berbagi hangat nya hati masing-masing,
Yang bahagia setelah sekian lelah menjalani aktivitas itu bukan istirahat,
Tapi berbagi bahagia denganmu.

Terpaksa Usai
Jika bayangmu saja sudah tak boleh kucintai,
biarkan hasrat ini diresapi udara,
menguap bersama waktu yang kita habiskan masing-masing,
bukan karena aku lelah menginginkanmu,
hanya saja,
harap terakhirmu,
ku tak boleh berlarut-larut,
akan aku binasakan segala rasa yang kadang-kadang hadir kembali,
menyeruak memenuhi semua ronggaku,
kembalilah ke sisi ruangan kenangan yang tak akan kulupakan,
sebagai pengingat,
bahwa aku pernah memiliki yang terbaik,
tolong kirim penggantimu.

Senja Bagiku

Ia adalah perwujudan Tuhan yang maha Agung
Perwujudan  alam yang indah
Perwujudan seni yang spektakuler
Perwujudan cinta yang damai
Perwujudan kehidupan yang dramatis
Perwujudan romantisme pujangga yang jatuh cinta
Perwujudan wanita atau lelaki yang rindu pada kekasihnya
Tapi, bagiku senja hanya persoalan waktu
Batas waktu dari aktivisan dan istirahat
Ia memang indah, tapi hanya karena ia indah maka ia di cintai
Dan aku, tidak mencintai apa yang sudah dicintai orang lain.

Perjalanan yang terputus
Ia berjalan tanpa alas kaki
Melintasi rel kereta api
Di bawah terik nya mentari
Di atas bumi yang membara di siang hari
Ia berjalan saat dihatinya ada luka
Ada peluh yang tak dirasa
Ada hasrat yang putus asa
Meski begitu, ia tetap melangkahkan kakinya
Baginya yang hanya dianggap sebagai penghibur
Tak sanggup untuk kabur.


Penulis : Ghina Ulfah
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab Angkatan 2017

Posting Komentar

0 Komentar