Ticker

6/recent/ticker-posts

PERGERAKANKU (Special Harlah PMII ke-60)


PERGERAKANKU
Oleh: Nicky Livya. S

Bismillahirrohmanirrohim.
Puji Tuhan, amma ba’du.

Tulisan ini saya buat dalam keadaan belum tertidur semalaman dikarenakan kebanyakan minum kopi ditambah adanya keresahan yang mengganggu ketenangan pikiran saya yang menyebabkan sulit untuk terlelap. Maka saya memutuskan untuk menuliskan saja lah, ya. Apa-apa saja yang menjadi virus di kepala saya.

Ada yang mengatakan bahwa “Hidup itu tentang Pergerakan”. Bukan saja hanya berada di dalam organisasi yang dinamakan Pergerakan tetapi tentang mau atau tidaknya setiap pribadi individu itu bergerak. "Al Harokah, Barokah." Bergerak itu berkah. Saya memahami dengan "ada berkah di setiap gerakan". Di kalangan mahasiswa ada organisasi yang bernama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau disingkat PMII. Saya memposisikan diri sebagai anti-tesis dari organisasi tersebut dan mencari opini dari beberapa orang yang posisinya sebagai anti-tesis juga, lalu timbul beberapa pernyataan diantaranya :

• aku gak mau masuk PMI, takut disuruh baca buku, ngantuk.

• diskusinya siang-malam

• PMII suka demo (aksi).

Dan masih banyak pernyataan lain yang belum saya sebutkan. Kemudian saya mulai mengamati organisasi ini dengan menyelinap sebagai kader, lalu menggunakan akal saya dan mengesampingkan terlebih dahulu rasa benci saya.

Dari point pertama, perihal membaca. Memang terkadang membaca buku itu malas dan hanya membuat kantuk. Tetapi ketika saya berbincang dengan teman-teman saya, mulai ada rasa bosan karena yang dibicarakan hanya itu-itu saja dan tidak jauh dari membicarakan orang lain serta tidak membawa diri saya pada kemajuan guna melangkah kemanapun selain untuk kesenangan. Dari rasa bosan kemudian saya coba untuk mencari inovasi baru agar perbincangan saya lebih berkualitas dan berisi yang dimana saya harus mengisi kapasitas otak saya dan juga memperluas kosa kata dengan cara membaca. Baik itu membaca buku maupun membaca keadaan. Maka budaya membaca buku di organisasi ini bukanlah suatu hal yang perlu menjadi pandangan negatif, karena justru semua orang itu perlu untuk membaca guna memperluas wawasan.

Maju ke point yang kedua, tentang diskusi yang tak kenal waktu. Setelah saya mulai membaca buku dan atau membaca realita, saya bingung akan dikemanakan pengetahuan yang saya punya ini? Ada hal-hal yang hendak saya tanyakan tetapi ini tidak masuk dalam pelajaran di jurusan. Mulai-lah saya mencari rekan untuk diajak bertukar pikiran dan memaparkan apa-apa saja yang sudah saya baca, dan jadilah sebuah diskusi. Dari diskusi maka saya mencari tahu apa yang belum saya dapatkan. Dari diskusi saya belajar mendengarkan dan menghargai lawan bicara. Dari diskusi, jumlah teman saya bertambah, bahkan kami menjadi sahabat. Jika membaca itu untuk memperluas wawasan, maka poin diskusi ini adalah baik untuk digunakan oleh para mahasiswa di universitas/institusi manapun guna memperluas pikiran kapanpun dan dimanapun.

Lalu, point yang terakhir dari beberapa pernyataan yang telah dipaparkan sebelumnya, perihal aksi. Awalnya pun saya berpikir "ngapain sih aksi? Panas-panas an, teriak-teriak mana gak tau di dengar atau enggak sama birokrat" akan tetapi, setelah menyaksikan dan mereka mencapai goals dari aksi mereka; tentang UKT/BKT semisal. Maka mahasiswa yang lain, terkhusus mahasiswa yang Kategori UKT-nya tidak sesuai dengan keadaan ekonomi orangtuanya, itu ikut merasakan manfaatnya dan juga sangat terbantu sekali. Dari hal ini saya mendapatkan pandangan baru bahwa organisasi PMII ini menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian seperti yang termaktub dalam ideologi negara yakni Pancasila nomor 2 yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab". Baru mulai-lah saya berpikir secara rasional.

Terkadang, ada beberapa kesalahan maupun kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh orang-orang yang berorganisasi, tetapi juga dilakukan juga oleh anak-anak yang non-organisasi. Pertanyaannya adalah "kesalahan atau keburukan sekecil apapun dari orang-orang yang berorganisasi akan lebih disenangi untuk dijadikan topik pembicaraan dan juga dilekatkan sebagai stigma pada organisasinya, sedangkan yang tidak berorganisasipun melakukan hal yang sama dan bahkan ada yang lebih parah dalam hal melanggar norma setempat, kenapa?" mungkin jawabannya "ya, mereka kan berorganisasi, seharusnya lebih mengerti." dari jawaban tersebut saya menggaris bawahi kata "lebih mengerti" yang saya artikan bahwa secara tidak langsung adanya pengakuan dalam hal perbedaan kualitas antara individu yang beroganisasi dan yang non-organisasi.

Maka, cobalah untuk menambah wawasan dan memperluas pikiran dan jangan mudah menilai atau menyimpulkan hanya dari satu sudut pandang saja. Sebab, setiap orang memiliki kepalanya masing-masing dengan latar belakang yang berbeda-beda, dengan teman yang memiliki pendapat yang tak biasa, dengan cuaca pikiran yang berubah-ubah. Serta perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Dan beramal adalah hal yang tentu saja jangan sampai terlewatkan karena ilmu bukan untuk ilmu melainkan ilmu untuk amal.

Setelahnya saya mendalami PMII, kemudian menemukan Tri-Motto yang berbunyi Dzikir-Pikir-Amal Shaleh. Juga Tri-Khidmat yang berisi Taqwa-Intelektual-Profesional. Dan berubahlah rasa benci di awal tadi menjadi rasa cinta yang bertambah-tambah. Semoga selalu istiqomah, Ilmu dan bakti kuberikan. Adil dan makmur kuperjuangkan.

SALAM PERGERAKAN!

Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Tharieq.


Bandung, 13 April 2020.

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Bahkan lebih dari itu semua, di PMII (menurut pengalaman saya) yaitu bertambahnya keluarga, yang senantiasa membantu tanpa pandang bulu. Ada perasaan yang tidak bisa di lupakan, berproses lah semaksimal mungkin karena waktu tidak akan menunggu, dan jangan sampai menyesal karena tidak maksimal. Akupun sedikit menyesal karena dirasa belum maksimal saat berporoses di PMII, banyak kegiatan yang kutinggalkan karena kebodohan.
    Tetaplah Selalu kepalkan tangan untuk melawan setiap penindasan.

    Jaya lah PMII ku, PMII mu, dan PMII kita semua.

    BalasHapus