Ticker

6/recent/ticker-posts

NAHDATUNNISA

 1. Definisi Perempuan 

Kata perempuan berasal dari kata empu yang berarti induk (A.Nunuk P. Purniati , 2004:236) .Kata empu atau induk ini merujuk status fungsional perempuan dalam lingkaran sistem kehidupan dan pertumbuhan manusia secara fisik, biologis, dan hal-hal lain yang sejenis.

2. Problem Actual 

Bicara masalah permasalahan, tidak lepas dari pembicaraan tentang "penjajahan" dimana sifat-sifat dasar yang telah membiasa dan dibiasakan ulang oleh penjajah melaui sikap dan tindakan secara jelas maupun samar. Sifat-sifat itu sendiri tidak lepas dari kesewenang-wenangan, keserakahan, dan ambisi untuk menguasai atau mendominasi.

3. Perempuan dan Peradaban 

Peran perempuan dalam perkembangan peradaban sangat besar, sehingga perempuan tidak perlu melepaskan fungsi-fungsi keperempuanannya (alexis carrel, 1987: 84). Dengan fungsi-fungsi itu perempuan dapat memperbaiki, melengkapi, dan menumbuh kembangkan peradaban suatu bangsa ke arah yang lebih baik dan lebih beradab.

4. Kodrat Perempuan 

Dengan memperhatikan pengertian di atas sudah selayaknyalah kalau perempuan dihargai, dijunjung tinggi derajatnya karena perempuan memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh kaum pria yaitu melahirkan anak yang akan menyambung cita-cita hidupnya.

Namun kenyataannya tidak semua lapisan masyarakat memandang tinggi keberadaan perempuan, sebagaimana terjadi pada peradaban masyarakat lampau.

5. Gerakan perempuan dalam panggung sejarah 

Peranan perempuan sangat penting kedudukannya dalam masyarakat. Sejarah telah membuktikan arti penting kedudukan perempuan baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara. Kaum perempuan tidak dianggap sebagai seorang manusia yang berasal dari sesuatu yang lain dan harus disikapi dengan cara-cara selain berperikemanusian. mereka adalah manusia-manusia yang memiliki hak-hak yang setara dengan kaum laki-laki dan sudah sepatutnya untuk disikapi sebagaimana manusia pada umumnya. Beberapa tokoh-tokoh perempuan yang mendukung eksistensi dan legitimasi pemerintahan : 

- Lara Jonggrang

- Dewi Sartika

- Cut Nyak Dien

- Hr Rasuna Said

6. Perempuan dan Modal budaya 

apakah memang sudah zamannya, yaitu zaman tidak dipatuhinya norma-norma yang secara tradisional berlaku dalam keluarga dan masyarakat. Apakah struktur keluarga dan masyarakat telah mengalami pergeseran? untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah. Kita dapat mengemukakan berbagai penjelasan mengenai hal tersebutm misalnyadisebabkan oleh pengaruh luar yang cukup kuat, pergaulan yang kompleks, tidak dilaksanakan norma itu oleh anggota keluarga dan masyarakat, telah mendapat nilai baru yang dianggapnya lebih sesuai tradisi yang berlaku sudah dianggap ketinggalan zaman atau generasi sekarang sudah tidak banyak yang memahami ajaran atau norma tradisional itu.

7. Pergerakan Perempuan 

Diantara pergerakan perempuan, yaitu :

a. Putri Mardika (1912) dengan korannya yang bersemboyan: “surat kabar memperhatikan pihak perempuan bumi putera indonesia”.

b. Aysiah di Muhammadyiah 

c. Sarekatat Perempuan Islam Indonesia yang berafilisasi ke Sarekat Islam

d. Barisan putri di Jakarta (didirikan 1944)

e. Laskar Wanita Indonesia atau LASWI di Bandung (1945).

f. Laskar Putri Indonesia ( LPI ) di Surakata,

g. Wanita Pembantu Perjoangan (wpp) di Yogyakarta,

h. Sabil Muslimat di Padang Panjang,

 i. Laskar Gerwani (gerakan wanita Indonesia )

j. Laskar Muslimat di Bukittinggi,

k. Indonesia tercatat ikut maju ke medan tempur saat pecahnya konflik indonesia dengan Malaysia, yang dikenal dengan operasi ganyang Malaysia (1962).

8. IPO KOPRI

Pada kongres ke xviii di Jambi lahir IPO (Ideologi Politik Organisasi) KOPRI. ini berangkat dari hasil analisa bahwa penguatan basis ideologi yang lemah, merupakan faktor utama yang membuat kader perempuan PMII tidak bertahan lama di dalam organisasi. Ini menegaskan kurangnya penguatan ideologisasi baik landasan dan asupan-asupan gizi intelektual. Ketika sudah menemukan dasar-dasar ideologi, maka akan mempermudah fungsionaris kader dan organizer KOPRI untuk menentukan berbagai langkah gerak serta kebijakan yang berkaitan dengan perempuan dalam perspektif gender yang tetap memegang nilai-nilai dasar islam ahlusunnah wal jama’ah. Karena dari nilai-nilai ini telah melahirkan berbagai pandangan dan kemudian dipakai untuk menajamkan analisa untuk berbagai persoalan yang dialami perempuan. 

Aswaja merupakan salah satu metode berfikir yang dianggap masih penting dalam melakukan pembacaan persoalan, khususnya persoalan kesetaraan gender yang menjadi fokus kecenderungan KOPRI. 

Nahdatunnisa sebagai organisasi kaderisasi, jelas PMII tidak luput dari upaya-upaya upgrading baik dalam segi materi, konten, silabus, atau bahkan akan dicetuskannya kurikulum dalam ber-pmii. termasuk memberikan ruang terbuka untuk kader-kader Korp PMII Putri (KOPRI) untuk memperbaiki dan menyerukan perubahan dalam ranah publik. 2014, PB PMII memperkenalkan istilah baru yang sebelumnya belum digunakan dalam kaderisasi formal PMII dalam membungkus istilah pergerakan kaum perempuan, yakni nahdlatun nisa atau kebangkitan perempuan. Bisa jadi dua kemungkinan, pertama untuk membuat hubungan PMII dan NU semakin terlihat harmonis (setelah keputusan muktamar ke-33 nu di Jombang yang memutuskan PMII sebagai banom kemahasiswaan NU), istilah yang biasanya nampak liberal seperti gender dan feminisme lantas dibungkus dengan istilah nahdlatun nisa’. Kedua, memang ada niatan baik untuk memberikan  bahkan mendorong kader kopri untuk bangkit dengan membawa perubahan dalam masyarakat di berbagai sektor, seperti sosial, politik, pendidikan, budaya, dan ekonomi.

Posting Komentar

0 Komentar